LOMBA OPINI 40 TAHUN PERPUSNAS
40 Tahun Berdirinya Kristal Intelektual Bangsa
“When you’re in doubt, go to library”
- J.K Rowling-
Kutipan di atas adalah satu dari sekian banyak hal yang saya ingat ketika mendengar kata perpustakaan. Persepsi orang mengenai perpustakaan tentunya amat beragam, mulai dari tempat penyimpan buku kuno hingga simbol peradaban suatu bangsa. Terlepas dari beragamnya persepsi tersebut, sebagai bangsa Indonesia, kita perlu meninjau kembali perjalanan perpustakaan nasional di negeri ini. Kilas balik tersebut sangatlah penting mengingat setiap tahun perpustakaan juga sama seperti manusia, turut merayakan hari jadi dan lahirnya. Dalam setiap perayaan baik disadari maupun tidak, hari ulang tahun perpustakaan menjadi titik kulminasi pencerahan serta harapan baik bagi perkembangan pengetahuan masyarakat. Genap memasuki usia ke-40 puluh tahun, banyak ragam perjalanan telah dilalui dan ditempuh oleh perpustakaan nasional. Beragam upaya dan serangkaian perjalanan dilakukan sebagai bentuk kerja keras perpustakaan nasional dalam memajukan bangsa dan menyejahterakan negara.
Pada usia ke-40 tahun perpustakaan mulai memasuki tahapan baru dalam sejarah perkembangan perpustakaan di tanah air. Fokus pemerintah saat ini mulai melirik peran perpustakaan yang berkaitan dengan pembangunan sumber daya manusia berkualitas. Fokus tersebut menjadi bagian dari salah satu agenda prioritas nasional yang sesuai dengan Peraturan Presiden No.18 tahun 2020. Peran perpustakaan dapat diwujudkan melalui proses peningkatan budaya literasi, inovasi, dan kreatifitas untuk mewujudkan masyarakat yang berpengetahuan, inovatif, kreatif, serta berkarakter. Agenda prioritas tersebut tentunya berkorelasi dengan tugas perpustakaan dalam memberdayakan kemampuan masyarakat. Pelibatan institusi perpustakaan dalam agenda prioritas nasional merupakan dukungan nyata dari setiap pemangku kepentingan (stakeholder) terkait di jajaran pemerintahan. Selanjutnya, pemangku kepentingan tidak akan lagi memandang sebelah mata peran perpustakaan. Dalam perjalanannya, perpustakaan kerap kali dipandang sebelah mata yang dibuktikan dengan penetapan anggaran yang terbilang sedikit dan tidak mendapat tempat dalam prioritas pembangunan negara.
Urgensi
keberadaan perpustakaan sebagai pusat budaya bangsa telah disadari oleh
pemerintah Indonesia. Akhirnya pada pertengahan tahun 1980, tepatnya pada 17
mei 1980, berdirilah perpustakaan nasional yang merupakan gabungan dari empat
institusi pada saat itu. Integrasi empat institusi baru dilakukan pada Januari
1981 hingga tahun 1987. Kelahiran perpustakaan nasional menandakan adanya institusi
yang bertugas menghimpun serta melestarikan khazanah intelektual bangsa secara
profesional. Karya intelektual tersebut berupa ragam karya tulis, karya cetak,
karya rekam termasuk diantaranya yang berbentuk digital. Hingga usia ke-40 tahunnya,
perpustakaan nasional tetap mengelola berbagai karya tersebut guna memenuhi
kebutuhan pengguna dalam bidang pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi,
dan juga rekreasi. Sesuai amanat pasal 1 ayat 55, UU No.43 tahun 2007 tentang
perpustakaan, perpustakaan nasional memiliki fungsi sebagai perpustakaan
pembina, rujukan, deposit, penelitian, pelestarian, dan pusat jejaring
perpustakaan yang berkedudukan di ibukota negara.
Perpustakaan
nasional sebagai institusi pengelola khazanah intelektual bangsa turut
mengalami terpaan permasalahan pada era disrupsi saat ini. Kemunculan internet
dan teknologi digital telah menciptakan perubahan besar dalam kehidupan
masyarakat. Manusia telah melewati berbagai tahapan revolusi diantaranya
revolusi kognitif, agrikultur, dan industri. Manusia saat ini berada dalam
posisi sebagai masyarakat informasi (information society) atau
masyarakat pengetahuan (knowledge society). Masyarakat informasi
cenderung mencari sumber pengetahuan berbentuk digital yang dapat diakses dimana
saja secara mudah. Perubahan tatanan masyarakat ini mempengaruhi secara
keseluruhan kinerja perpustakaan sebagai organisasi informasi. Perpustakaan
mendapat tantangan baru dalam memenuhi kebutuhan pengguna. Perpustakaan
dituntut dapat menjangkau masyarakat dengan mudah melalui pelayanan teknologi
yang dapat diakses secara langsung, tanpa harus memaksa pengguna datang ke
perpustakaan. Pandangan tersebut didukung akselerasi globalisasi sehingga
setiap orang yakin bahwa tidak ada batasan dalam informasi. Dengan bantuan
teknologi, berbagai macam koleksi dapat digitalisasi serta tersedia bagi
pengguna di seluruh dunia. Teknologi digital memfasilitasi akses secara utuh. Pergeseran
akses secara lokal menjadi akses berbasis peramban (website)
memungkinkan kemudahan dapat dimanfaatkan secara luas.
Perkembangan
yang pesat dalam dunia digital telah direspon dengan tepat oleh Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia. Guna memenuhi kebutuhan pengguna (user) dalam
bidang pendidikan ataupun penelitian, Perpusnas terus berusaha meningkatkan
layanan serta mengikuti perkembangan yang ada. Peningkatan kualitas tersebut
dicapai dengan menyediakan layanan yang dapat diakses secara daring dengan
fasilitas komputer dan gawai. Mandat sebagai simbol peradaban dan pusat
budaya bangsa tidak disia-siakan oleh perpusnas. Dalam kinerjanya, Perpusnas
berusaha mengelola dokumen masa lalu agar dapat dimanfaatkan dengan baik di masa
depan. Saat ini, perpustakaan nasional telah menciptakan berbagai layanan yang mudah
diakses melalui gawai seperti e-resources dan aplikasi iPusnas. Sekitar
tiga miliar artikel dan 600 ribu buku berbahasa Indonesia dapat diakses melalui
layanan tersebut. Selain buku, pengguna juga dapat mengakses koleksi digital
seperti manuskrip, majalah langka, dan peta yang sangat menarik untuk
dieksplorasi. Perpusnas sangat meyakini bahwa membaca adalah pengalaman yang
tiada ternilai. Bentuk nyata keyakinan tersebut dapat dirasakan secara langsung
oleh pengguna melalui aplikasi iPusnas. iPusnas menjadikan pengalaman membaca jadi
lebih mudah dalam genggaman. Aplikasi iPusnas menjadi satu-satunya aplikasi
yang menerapkan digital rights management. Perpustakaan nasional telah
mengambil langkah tepat dalam penerapan teknologi digital untuk menyelesaikan
permasalahan kompleks di lingkup perpustakaan.
Kekayaan
intelektual bangsa yang masih dapat diakses hingga titik ini menjadi rasa
syukur bagi setiap insan Indonesia. Tercatat pada awal 2015 perpustakaan
nasional memiliki 2,6 juta koleksi buku yang jumlahnya akan terus bertambah sepanjang
tahun. Selain itu, terdapat juga 11 ribu naskah kuno yang menjadi warisan
budaya nusantara. Kekayaan tersebut bukan hanya menampilkan kekayaan koleksi
negeri, tetapi menyiratkan juga akan bangsa yang intelek dan melek pengetahuan.
Bahkan dalam tingkatan literasi, tingkatan paling tinggi adalah ketika
seseorang dapat mencipatkan barang atau jasa yang bermutu dan bermanfaat bagi
orang lain. Dari pengalaman pribadi penulis, ragam koleksi tersebut sangat
membantu dalam memahami peristiwa historis masa lalu. Proses mempelajari
sejarah sangat tidak cukup jika hanya mengandalkan buku sejarah SMA dan mesin
pencari Google. Melalui koleksi yang dikelola, diorganisasi serta dipreservasi
dengan baik, kepingan peristiwa pada masa lalu dapat lebih mudah dipahami. Dengan
bantuan buku referensi dan koleksi digital seperti foto kuno dan naskah kuno,
penelusuran masa lalu sangat mungkin lebih mudah dipahami sekarang.
Perpustakaan dan perkembangan teknologi informasi tentunya bisa saling
melengkapi dalam mewujudkan kebutuhan pengguna akan informasi yang sesuai dan
tepat.
Kemudahan akses akan dunia digital menjadikan banyak perubahan dalam lingkup deskripsi kerja perpustakaan nasional. Memasuki usia 40 tahun, tidak menjadikan Perpusnas semakin terkungkung dalam kemunduran. Bahkan sebaliknya, semakin beragamnya inovasi serta kontribusi yang diberikan bagi kemajuan negeri ini. Perpustakaan nasional menghadapi berbagai tantangan salah satunya permintaan pengguna yang menginginkan akses informasi lebih mudah tanpa perlu ke perpustakaan secara langsung. Tanggapan tersebut direspon tepat sesuai sasaran dengan menjadikan koleksi perpustakaan nasional dapat diakses melalui peramban (website) dan aplikasi iPusnas. Pengelolaan koleksi ditujukan guna memenuhi kebutuhan pengguna terkait pendidikan dan penelitian. Selain itu, pengelolaan, perorganisasian, dan pengkoleksian disertai tindakan preservasi adalah bentuk nyata kerja keras perpustakaan nasional sebagai simbol peradaban dan pusat budaya bangsa Indonesia.
Daftar Rujukan :
Marcum,Deanna
B. (2016).”Library
leadership for the digital age”.
NFAIS Miles Conrad Memorial Lecture, February 22, 2016.pp.106 – 107
Dw.com. (2016, September). Perpustakaan, Jantung Peradaban Kita. Diakses pada 18 Juni 2020, dari
https://www.dw.com/id/perpustakaan-jantung-peradaban-kita/a-19515559
Medcom.id. (2020,
Mei). Perpustakaan dinilai sebagai simbol peradaban. Diakses pada 18 juni 2020,
dari https://www.medcom.id/pendidikan/news-pendidikan/zNAYQrnN-perpusatakaan-dinilai-sebagai-simbol-peradaban
Medcom.id. (2016, september). Mengenal lebih dekat perpustakaan
nasional RI. Diakses pada 19 Juni 2020, dari https://www.medcom.id/nasional/peristiwa/yNL8xl1N-mengenal-lebih-dekat-perpustakaan-nasional-ri
Download tulisanku disini 👈
Terima kasih sudah membaca hingga titik ini, semoga bermanfaat ya :)
Comments
Post a Comment