LOMBA OPINI 40 TAHUN PERPUSNAS

Hallo semua, kembali lagi waktunya membaca blog cerita anaphora. Kali ini aku bakal membagikan tulisanku yang menjadi 67 opini terpilih dalam lomba 40 tahun perpusnas. Jadi aku tertarik mengikuti lomba ini karena punya kesan khusus dengan Perpusnas. One word for perpusnas : awesome ! Perpusnas keren banget parah. Sebagai anak daerah yang bersyukur banget bisa kuliah di deket ibukota, akhirnya bulan maret 2020 aku berkesempatan mengunjungi Perpusnas. Koleksi perpusnas bisa dibilang lengkap banget, temenku saking senengnya bisa baca buku yang susah banget dicari di pasaran. Selain itu, gedungnya bagus banget dan cukup ideal merepresentasikan pusat ilmu budaya bangsa. Selain itu, banyak view bagus dan nyaman buat baca. Pokoknya buat kalian yang belum pernah ke perpusnas, wajib banget kesana yaa :) 

Berikut hasil foto yang paling aku suka dari Perpusnas : 
Tampak depan gedung Perpusnas

salah satu ruang koleksi di Perpusnas

Berikut ini adalah tulisanku : 

40 Tahun Berdirinya Kristal Intelektual Bangsa 

“When you’re in doubt, go to library”

- J.K Rowling-

Kutipan di atas adalah satu dari sekian banyak hal yang saya ingat ketika mendengar kata perpustakaan. Persepsi orang mengenai perpustakaan tentunya amat beragam, mulai dari tempat penyimpan buku kuno hingga simbol peradaban suatu bangsa. Terlepas dari beragamnya persepsi tersebut, sebagai bangsa Indonesia, kita perlu meninjau kembali perjalanan perpustakaan nasional di negeri ini. Kilas balik tersebut sangatlah penting mengingat setiap tahun perpustakaan juga sama seperti manusia, turut merayakan hari jadi dan lahirnya. Dalam setiap perayaan baik disadari maupun tidak, hari ulang tahun perpustakaan menjadi titik kulminasi pencerahan serta harapan baik bagi perkembangan pengetahuan masyarakat. Genap memasuki usia ke-40 puluh tahun, banyak ragam perjalanan telah dilalui dan ditempuh oleh perpustakaan nasional. Beragam upaya dan serangkaian perjalanan dilakukan sebagai bentuk kerja keras perpustakaan nasional dalam memajukan bangsa dan menyejahterakan negara.

Pada usia ke-40 tahun perpustakaan mulai memasuki tahapan baru dalam sejarah perkembangan perpustakaan di tanah air. Fokus pemerintah saat ini mulai melirik peran perpustakaan yang berkaitan dengan pembangunan sumber daya manusia berkualitas. Fokus tersebut menjadi bagian dari salah satu agenda prioritas nasional yang sesuai dengan Peraturan Presiden No.18 tahun 2020. Peran perpustakaan dapat diwujudkan melalui proses peningkatan budaya literasi, inovasi, dan kreatifitas untuk mewujudkan masyarakat yang berpengetahuan, inovatif, kreatif, serta berkarakter. Agenda prioritas tersebut tentunya berkorelasi dengan tugas perpustakaan dalam memberdayakan kemampuan masyarakat. Pelibatan institusi perpustakaan dalam agenda prioritas nasional merupakan dukungan nyata dari setiap pemangku kepentingan (stakeholder) terkait di jajaran pemerintahan. Selanjutnya, pemangku kepentingan tidak akan lagi memandang sebelah mata peran perpustakaan. Dalam perjalanannya, perpustakaan kerap kali dipandang sebelah mata yang dibuktikan dengan penetapan anggaran yang terbilang sedikit dan tidak mendapat tempat dalam prioritas pembangunan negara.

 Momentum usia 40 tahun menorehkan semangat pemaknaan kembali bagi perpustakaan nasional sebagai simbol peradaban dan pusat budaya bangsa. Bahkan, perpustakaan diyakini sebagai jantung peradaban sebuah bangsa sejak zaman kejayaan islam. Menurut Konrad Hirschler, guru besar sejarah Islam di Berlin, Hirschler mengungkapkan bahwa pada abad ke-13 perpustakaan kecil di Damaskus,Syria mampu menyimpan sekitar 2000 koleksi buku. Temuan tersebut sangat menarik dikarenakan perpustakaan di Eropa saat bersamaan hanya memiliki koleksi sekitar 500 buku. Buku menjadi salah satu bukti penting peradaban suatu bangsa. Melalui koleksi buku dari masa lalu, masyarakat dapat merefleksikan, mempelajari serta mengkaji kembali hakikat ilmu pengetahuan. Apabila karya masa lampau dibiarkan begitu saja, tidak dikelola dengan benar, maka jejak peradaban suatu bangsa dapat hilang. Oleh karena itu, perpustakaan menjadi ruang dalam mengelola dokumen masa lalu guna merekonstruksi pandangan manusia terkait masa depan.

Urgensi keberadaan perpustakaan sebagai pusat budaya bangsa telah disadari oleh pemerintah Indonesia. Akhirnya pada pertengahan tahun 1980, tepatnya pada 17 mei 1980, berdirilah perpustakaan nasional yang merupakan gabungan dari empat institusi pada saat itu. Integrasi empat institusi baru dilakukan pada Januari 1981 hingga tahun 1987. Kelahiran perpustakaan nasional menandakan adanya institusi yang bertugas menghimpun serta melestarikan khazanah intelektual bangsa secara profesional. Karya intelektual tersebut berupa ragam karya tulis, karya cetak, karya rekam termasuk diantaranya yang berbentuk digital. Hingga usia ke-40 tahunnya, perpustakaan nasional tetap mengelola berbagai karya tersebut guna memenuhi kebutuhan pengguna dalam bidang pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan juga rekreasi. Sesuai amanat pasal 1 ayat 55, UU No.43 tahun 2007 tentang perpustakaan, perpustakaan nasional memiliki fungsi sebagai perpustakaan pembina, rujukan, deposit, penelitian, pelestarian, dan pusat jejaring perpustakaan yang berkedudukan di ibukota negara.

Perpustakaan nasional sebagai institusi pengelola khazanah intelektual bangsa turut mengalami terpaan permasalahan pada era disrupsi saat ini. Kemunculan internet dan teknologi digital telah menciptakan perubahan besar dalam kehidupan masyarakat. Manusia telah melewati berbagai tahapan revolusi diantaranya revolusi kognitif, agrikultur, dan industri. Manusia saat ini berada dalam posisi sebagai masyarakat informasi (information society) atau masyarakat pengetahuan (knowledge society). Masyarakat informasi cenderung mencari sumber pengetahuan berbentuk digital yang dapat diakses dimana saja secara mudah. Perubahan tatanan masyarakat ini mempengaruhi secara keseluruhan kinerja perpustakaan sebagai organisasi informasi. Perpustakaan mendapat tantangan baru dalam memenuhi kebutuhan pengguna. Perpustakaan dituntut dapat menjangkau masyarakat dengan mudah melalui pelayanan teknologi yang dapat diakses secara langsung, tanpa harus memaksa pengguna datang ke perpustakaan. Pandangan tersebut didukung akselerasi globalisasi sehingga setiap orang yakin bahwa tidak ada batasan dalam informasi. Dengan bantuan teknologi, berbagai macam koleksi dapat digitalisasi serta tersedia bagi pengguna di seluruh dunia. Teknologi digital memfasilitasi akses secara utuh. Pergeseran akses secara lokal menjadi akses berbasis peramban (website) memungkinkan kemudahan dapat dimanfaatkan secara luas.

Perkembangan yang pesat dalam dunia digital telah direspon dengan tepat oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Guna memenuhi kebutuhan pengguna (user) dalam bidang pendidikan ataupun penelitian, Perpusnas terus berusaha meningkatkan layanan serta mengikuti perkembangan yang ada. Peningkatan kualitas tersebut dicapai dengan menyediakan layanan yang dapat diakses secara daring dengan fasilitas komputer dan gawai. Mandat sebagai simbol peradaban dan pusat budaya bangsa tidak disia-siakan oleh perpusnas. Dalam kinerjanya, Perpusnas berusaha mengelola dokumen masa lalu agar dapat dimanfaatkan dengan baik di masa depan. Saat ini, perpustakaan nasional telah menciptakan berbagai layanan yang mudah diakses melalui gawai seperti e-resources dan aplikasi iPusnas. Sekitar tiga miliar artikel dan 600 ribu buku berbahasa Indonesia dapat diakses melalui layanan tersebut. Selain buku, pengguna juga dapat mengakses koleksi digital seperti manuskrip, majalah langka, dan peta yang sangat menarik untuk dieksplorasi. Perpusnas sangat meyakini bahwa membaca adalah pengalaman yang tiada ternilai. Bentuk nyata keyakinan tersebut dapat dirasakan secara langsung oleh pengguna melalui aplikasi iPusnas. iPusnas menjadikan pengalaman membaca jadi lebih mudah dalam genggaman. Aplikasi iPusnas menjadi satu-satunya aplikasi yang menerapkan digital rights management. Perpustakaan nasional telah mengambil langkah tepat dalam penerapan teknologi digital untuk menyelesaikan permasalahan kompleks di lingkup perpustakaan.

Kekayaan intelektual bangsa yang masih dapat diakses hingga titik ini menjadi rasa syukur bagi setiap insan Indonesia. Tercatat pada awal 2015 perpustakaan nasional memiliki 2,6 juta koleksi buku yang jumlahnya akan terus bertambah sepanjang tahun. Selain itu, terdapat juga 11 ribu naskah kuno yang menjadi warisan budaya nusantara. Kekayaan tersebut bukan hanya menampilkan kekayaan koleksi negeri, tetapi menyiratkan juga akan bangsa yang intelek dan melek pengetahuan. Bahkan dalam tingkatan literasi, tingkatan paling tinggi adalah ketika seseorang dapat mencipatkan barang atau jasa yang bermutu dan bermanfaat bagi orang lain. Dari pengalaman pribadi penulis, ragam koleksi tersebut sangat membantu dalam memahami peristiwa historis masa lalu. Proses mempelajari sejarah sangat tidak cukup jika hanya mengandalkan buku sejarah SMA dan mesin pencari Google. Melalui koleksi yang dikelola, diorganisasi serta dipreservasi dengan baik, kepingan peristiwa pada masa lalu dapat lebih mudah dipahami. Dengan bantuan buku referensi dan koleksi digital seperti foto kuno dan naskah kuno, penelusuran masa lalu sangat mungkin lebih mudah dipahami sekarang. Perpustakaan dan perkembangan teknologi informasi tentunya bisa saling melengkapi dalam mewujudkan kebutuhan pengguna akan informasi yang sesuai dan tepat.

Kemudahan akses akan dunia digital menjadikan banyak perubahan dalam lingkup deskripsi kerja perpustakaan nasional. Memasuki usia 40 tahun, tidak menjadikan Perpusnas semakin terkungkung dalam kemunduran. Bahkan sebaliknya, semakin beragamnya inovasi serta kontribusi yang diberikan bagi kemajuan negeri ini. Perpustakaan nasional menghadapi berbagai tantangan salah satunya permintaan pengguna yang menginginkan akses informasi lebih mudah tanpa perlu ke perpustakaan secara langsung. Tanggapan tersebut direspon tepat sesuai sasaran dengan menjadikan koleksi perpustakaan nasional dapat diakses melalui peramban (website) dan aplikasi iPusnas. Pengelolaan koleksi ditujukan guna memenuhi kebutuhan pengguna terkait pendidikan dan penelitian. Selain itu, pengelolaan, perorganisasian, dan pengkoleksian disertai tindakan preservasi adalah bentuk nyata kerja keras perpustakaan nasional sebagai simbol peradaban dan pusat budaya bangsa Indonesia.

Daftar Rujukan :

Marcum,Deanna B. (2016).”Library leadership for the digital age. NFAIS Miles Conrad Memorial Lecture, February 22, 2016.pp.106 – 107

Dw.com. (2016, September). Perpustakaan, Jantung Peradaban Kita. Diakses pada 18 Juni 2020, dari https://www.dw.com/id/perpustakaan-jantung-peradaban-kita/a-19515559

Medcom.id. (2020, Mei). Perpustakaan dinilai sebagai simbol peradaban. Diakses pada 18 juni 2020, dari https://www.medcom.id/pendidikan/news-pendidikan/zNAYQrnN-perpusatakaan-dinilai-sebagai-simbol-peradaban

Medcom.id. (2016, september). Mengenal lebih dekat perpustakaan nasional RI. Diakses pada 19 Juni 2020, dari https://www.medcom.id/nasional/peristiwa/yNL8xl1N-mengenal-lebih-dekat-perpustakaan-nasional-ri

Download tulisanku disini ðŸ‘ˆ

Terima kasih sudah membaca hingga titik ini, semoga bermanfaat ya :)




Comments

More on This