NgobrolBentar : Keresahan dalam bayang-bayang standar kecantikan

Halo semuanya ini adalah postingan pertama aku di NgobrolBentar. Disclamer : tulisan ini dibuat menggunakan bahasa sehari-hari dengan tujuan membuat kalian makin mudah memahami maksud tulisannya.

".... Akhirnya karena pengaruh lingkungan dan saking ga open mindednya gue dengan concept of beauty, gue menyimpulkan as long as you have body goals, you got the point of beauty..."
 
sumber : unsplash
 

      Memasuki fase 20’s gue mulai sadar beberapa hal yang selama ini ga pernah terlintas buat dipikirin, mulai mengambil tempat untuk dicari tahu jawabannya. Bahasa beratnya disebut dengan hal eksistensial. Gue mulai mempertanyakan apa yang mendefinisikan diri ini, tujuan hidup di dunia, alasan dari pilihan yang diambil, serta beberapa pikiran lainnya. Hal yang cukup mengusik kehidupan gue, terlebih dengan kodrat sebagai perempuan yaitu perihal kecantikan. Apalagi kalo udah nyinggung bahasan standar kecantikan. Makin gue hidup beberapa tahun ini, makin sering terpapar definisi cantik yang katanya diakui secara general tapi faktanya ga kayak gitu. 

    Gue inget banget selama SMA, ada beberapa kakak kelas gue yang jadi optional buat jadi preferensi cantik itu seperti apa. Berangkat dari sana, gue menyimpulkan bahwasanya cantik adalah mereka yang punya tubuh ideal terlepas lu mau pendek atau tinggi, as long as you look ideal other thing doesn’t matters. Makin bisa deh disebut perfect ketika punya muka yang flawless, ga jerawatan, putih, dan pastinya ga belang gegara keseringan terpapar sinar matahari. Akhirnya karena pengaruh lingkungan dan saking ga open mindednya gue dengan concept of beauty, gue menyimpulkan as long as you have body goals, you got the point of beauty.

    Stuck dengan konsep kecantikan yang menggemakan body goals dan muka yang flawless, gue mencoba menjadi cantik dengan konsep tersebut. I’m tryng so hard, gue gonta-ganti facial wash karena ngerasa ga bisa bikin putih (ada beberapa produk yang mengklaim bisa memutihkan). Ujug-ujugnya muka gue jadi beruntusan dan jerawatan. Ga puas sampe situ, gue mencoba beberapa produk yang bisa menghilangkan jerawat. Puncaknya di 2018 muka gue ancur total, melepuh gegara ganti kulit, bekas jerawat dimana-mana, dan pastinya jerawatnya tambah banyak haha. Selain itu gue cukup sering dapet hujatan body shaming, karena gue kurus. I have tried some products which can gain my body weight, sampe beli susu yang harganya 300 ribuan keatas dan bodohnya ga ngefek sama sekali.  

    Experience di atas adalah pengalaman yang gue alami sendiri. Akhir tahun 2019, gue baru menyadari bahwa failed concept about beauty dan usaha tersebut adalah bagian dari beauty sickness. Beauty sickness adalah istilah untuk menggambarkan kondisi ketika semua energi dipake (baik waktu, emosional dan finansial) untuk mengatasi kekhawatiran akan penampilan. Simplenya, beauty sickness adalah keadaan toxic yang menjadikan diri kita begitu terobsesi dengan penampilan. Hal ini dapat terjadi ketika kita mulai mengkhawatirkan penampilan dengan mengikuti pandangan orang lain tentang beauty. 

    Terlepas dari semua bias  dan subjektifitas pemikiran gue diawal tadi, sebenarnya ga ada sama sekali yang namanya standar kecantikan. Hidup dalam genggaman internet beserta paparan media sosialnya justru membuat kita lebih bebas memilih definisi cantik. Ketika orang berkoar-koar tentang role model kecantikan atau omongan toxic lainnya yang mencederai makna kecantikan, gue saranin cukup tutup telinga dan bersikaplah bodo amat. Yang gue yakini hingga titik ini, setiap orang punya definisi cantiknya masing-masing. Menurut gue, selagi lu nyaman dengan penampilan dan apa yang dipake, percaya deh lu udah mengantongi definisi cantik. Selebihnya gue serahin buat menemukan definisi cantik lainnya ala diri lu. Ga perlu sampe ngestalk instagram orang, coba liat kaca, senyum dan jawab dengan jujur, udah berapa lama lu ga mengapresiasi diri? Siapa yang bikin lu insecure selama ini? apakah diri sendiri ataukah orang lain yang sebenarnya ga berdampak sama sekali buat hidup lo? Coba refleksikan lagi keyakinan apa yang membuat lu menilai secara rendah makna sebuah kecantikan.

 Closing statement dari gue : Selama lu memegang nilai-nilai kebaikan, percayalah kecantikan itu akan memancar secara alami dan ga perlu lo cari sejauh apapun. It’s still alive in your heart, trust me 😊


Terima kasih sudah membaca hingga titik ini :) 

Daftar referensi tentang beauty sickness :

  • https://flo.health/menstrual-cycle/lifestyle/hygiene-and-beauty/beauty-sickness#:~:text=What%20is%20beauty%20sickness%3F,actually%20matter%20to%20you%20more.
  • https://www.youtube.com/watch?v=k8Jsu7wSyHY&vl=id

Comments

More on This